Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bagaimana Menyikapi Fenomena Inflasi

Sebenarnya, cerita ini berawal dari status saya di facebook beberapa hari yang lalu sehabis Hari Raya Lebaran. Di mana saya coba menyikapi terhadap fenomena sosial-ekonomi di masyarakat. Mungkin, cerita ini sih biasa-biasa saja, tetapi jika dianalisis dari sisi ekonomi-keuangan, sungguh sangat menarik untuk dibahas lebih mendalam.

Menyikapi Fenomena Inflasi

Di mana, waktu itu saya coba mencicipi bubur yang biasa mangkal dekat tempat tinggal saya. Rasanya, ya cukup maknyuslah untuk mengganjal peru
t di pagi hari. Dan bubur tersebut, biasa saya beli sebelum beraktivitas di pagi hari. Sebagai bekal tenaga untuk berperang dengan berbagai aktivitas di pagi hari menjelang siang.


Setelah beberapa suapan, bubur yang ada di mangkok pun habis. Artinya, harus cepat-cepat dibayar, dan kemudian menyegerakan pada aktivitas lainnya. Karena tidak baik kalau sudah menyelesaikan satu kegiatan, kemudian berleha-leha di ujung kegiatan tersebut.

Hal yang sedikit menggelitik ketika hendak membayar, harganya menjadi naik. Di mana, harga yang biasa dipatok Rp 8.000/porsi sebelum Hari Raya Lebaran, kini menjadi Rp 9.000/porsi setelah Hari Raya Lebaran.

Memang sih kenaikannya hanya terjadi Rp 1.000/porsi. Namun, jika dipersentasekan, telah terjadi kenaikan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 11,11 % (Rp 1.000 : Rp 9.000 x 100 = 11,11%). Kenaikan 11,11 % atau Rp 1.000 ini dinamakan dengan istilah inflasi dalam ilmu ekonomi.

Mengetahui Makna Inflasi

Inflasi merupakan penurunan nilai mata uang, yang diakibatkan naiknya harga-harga barang (baca, komoditi) yang ditawarkan oleh produsen atau pedagang. Itu sih istilah gampangnya, biar tidak terlalu akademis, hehehe….!!! Kalo terlalu akademis, Ntar kening berkerut lhoo…!

Coba kita perhatikan dan kita ingat-ingat bersama, pasti peristiwa kenaikan harga komoditi biasanya akan naik pasca Hari Raya Lebaran. Bayangkan saja, itu kan cuman terjadi pada satu komoditi yang namanya bubur ayam.

Lantas, yang menjadi pemikiran saya pribadi, bagaimana jika seluruh harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan setiap tahunnya. Dan kenaikannya pun sebesar 11% atau lebih, waduh bisa-bisa ambruk keuangan kita jika pendapatan yang kita miliki stagnan dan tak bergerak. Sementara di lain sisi, terjadi kenaikan atau inflasi sebesar 11%.

Sebagai contoh, kita memiliki pendapatan sebesar Rp 5 juta per bulan. Anggap saja setiap tahun terjadi inflasi terhadap seluruh komoditi yang ada di masyarakat sebesar 5%. Berarti, secara tidak langsung pendapatan kita akan tergerus sebesars 5% atau sekitar Rp 5 juta x 5% = Rp 250 ribu. Dengan demikian, uang kita akan berkurang sebesar Rp 250 ribu secara otomatis oleh inflasi.

Anggap saja selama 4 tahun, pendapatan yang kita miliki tidak mengalami kenaikan, dan tetap Rp 5 juta. Berarti selama 4 tahun, pendapatan yang kita miliki akan berkurang sebesar, yaitu: Rp 5 juta x 5% x 4 tahun = Rp 1 juta.

Jadi, jika selama 4 tahun pendapatan kita tidak mengalami kenaikan, maka pendapatan yang kita miliki akan tergerus sebesar Rp 1 juta. Dengan demikian, jika pendapatan kita sebesar Rp 5 juta. Berarti, secara ril pendapatan kita itu bukan Rp 5 juta, akan tetapi Rp 4 juta. Waduhhhh….! Gaswat donggg…!

Bagaimana Menanggapi Inflasi

Salah satu langkah untuk menaggapi inflasi yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, ialah meningkatkan pendapatan yang kita miliki. Tapi, peningkatan tersebut esensinya ialah penyesuaian terhadap pendapatan yang kita miliki.

Adapun orang yang pendapatannya tidak mengalami peningkatan setiap tahunnya, berarti pendapatan yang dimiliki secara tidak langsung akan hilang atau tercuri oleh inflasi. Ini, hal yang pasti terjadi setiap tahunnya.

Maka dari itu, ada dua cara untuk meningkatkan pendapatan yang kita miliki.

Pertama, meningkatkan produktivitas yang kita miliki. Bagi seorang karyawan, peningkatan produktivitas kinerja sebagai salah satu langkah, agar karir yang dimiliki cepat naik.

Dan jika karir tetap tidak naik, maka langkah selanjutnya ialah mencari side-job (kerja sampingan) di luar jam kerja. Side-job (kerja sampingan), bisa dengan cara jualan online, memberikan jasa dari keahlian yang kita miliki, membantu orang yang membutuhkan bantuan, atau hal lainnya yang dapat menghasilkan uang, tentu harus halal ya….!

Sedangkan bagi seorang pedagang, peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan cara meningkatkan penjualan. Karena dengan meningkatkan penjualan, maka secara otomatis net income kita akan meningkat juga.

Kedua, menambah keahlian yang kita miliki. Keahlian akan menjadi salah satu faktor pendongkrak pendapatan yang kita miliki. Karena dengan memiliki tambahan keahlian, secara otomatis pendapatan yang kita miliki akan meningkat.

Contoh, Anda seorang bankir yang bekerja di salah satu bank swasta. Kemudian, Anda tidak bosen-bosen mengembangkan diri dengan mengikuti berbagai macam seminar tentang perbankan. Mulai dari marketing perbankan, membaca alur akuntansi, managemen risiko bank, hingga segala macam tetek-bengek tentang bank.

Dengan menambah kompetensi yang dimiliki, maka yakinlah beberapa bulan atau tahun kemudian, karir atau jabatan di tempat bekerja Anda akan cepat naik. Dengan naiknya karir atau jabatan, berarti secara otomatis pendapatan yang Anda miliki akan meningkat juga.

Itu hanya salah satu contoh saja, masih banyak contoh lainnya. Umpamanya, Anda seorang pedagang, maka tingkatkanlah kompetensi Anda berkenaan dengan kegiatan perdagangan, misalnya tentang marketing, tentang packaging barang, hingga berkomunikasi dengan pelanggan, dan bahkan cara berjualan online yang lagi marak.

Begitu juga, jika seandainya Anda seorang guru atau dosen. Tingkatkanlah kemampuan yang Anda miliki, dengan memperbanyak menambah ilmu baru. Bisa dengan rajin membaca buku, ikut seminar, ikut penelitian, dan lain sebagainya. Yakinlah, dengan banyak meningkatkan kompentensi yang dimiliki, maka karir (kepangkatan dosen/guru) Anda akan cepat naik.

Dan masih banyak lagi jenis peningkatan kompetensi yang bisa kita lakukan. Tentu, peningkatan kompetensi harus disesuaikan dengan profesi yang kita jalani. Sehingga, adanya peningkatan kompentensi, akan membuat pendapatan kita meningkat juga.

Harus Mulai Investasi

Hal lain yang harus kita lakukan untuk menahan laju inflasi yang pasti terjadi setiap tahun, ialah dengan cara investasi. Di mana, investasi merupakan bentuk penyimpanan kekayaan yang kita miliki terhadap berbagai macam instrumen ekonomi yang ada, dalam jangka waktu yang cukup lama.

Dengan harapan, kekayaan yang diinvestasikan akan tumbuh berkembang di kemudian hari, dengan pertumbuhan yang cukup maknyus. Instrumen tersebut, bisa berupa pasar uang, pasar modal, ataupun sektor rill lainnya.

Secara sederhana, cara melakuan investasi itu ada dua, yaitu dilakukan secara langsung di awal dengan jumlah banyak, dan dilakukan dengan cara menyicilnya setiap bulan.

Investasi secara langsung di awal, ialah bentuk investasi dengan nominal yang cukup besar secara langsung di awal.

Sebagai contoh, membeli Reksadana dengan jumlah nominal besar, anggap saja Rp 150 juta. Kemudian, Anda mendiamkan reksadana tersebut selama 15 tahun, dengan harapan akan tumbuh cukup signifikan 15 tahun mendatang.

Adapun investasi dengan cara menyicil, ialah jenis investasi yang dilakukan dengan nominal sedikit demi sedikit. Namun, setiap bulan Anda melakukan cicilan untuk menambah investasi yang Anda miliki.

Contoh, Anda membeli reksadana dengan jumlah umpamanya Rp 1 juta per bulan. Namun, Anda akan selalu menyisihkan pendapatan yang dimiliki Rp 1 juta setiap bulannya untuk membeli reksadana.

Lantas, cara mana yang tepat untuk digunakan, apakah dengan cara investasi secara langsung di awal dengan nominal besar, atau dengan cara menyicilnya setiap bulan. Tentu, jawabannya cukup sederhana, kita harus menyesuaikan dengan pendapatan yang kita miliki setiap bulannya.

Jika pun kita memiliki dana yang cukup besar, berarti cara pertama bisa kita praktikkan. Dan jika kita hanya memiliki pendapatan yang pas-pasan, berarti cara kedua yang dapat kita lakukan.

Penutup

Maka dari itu, selepas membaca tulisan  ini, tugas kita selanjutnya ialah memeriksa pendapatan yang kita miliki. Dan kemudian, memastikan cara mana yang tepat dengan kondisi keuangan yang kita miliki untuk berinvestasi. Sehingga, adanya inflasi akan mampu diimbangi dengan peningkatan investasi yang kita miliki. Dan kita, tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang kekayaannya habis gara-gara inflasi.

Selamat memperaktekkan, dan semoga kita diberi kekuatan untuk selalu menambah dan meningkatkan investasi yang kita miliki….!