Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dompet Tebal, Awas Jebakan Batman

Tanggal muda, pasti identik dengan dompet tebal. Di mana, dompet yang sebelumnya udah kayak jeruk, nipiiisssss banget, berubah menjadi tebal, setelah tanggal muda. Karena, bagi yang berprofesi sebagai karyawan, tanggal muda akan selalu identik dengan gajian.

Dompet Tebal, Awas Jebakan Batman

Jadi, perusahaan akan memberikan gaji berupa uang, atas jasa yang diberikan oleh seorang karyawan. Gaji yang diberikan, umumnya akan ditransfer ke rekening oleh bagian keuangan, pada rekening bank yang telah dianjurkan oleh bagian keuangan tempatnya bekerja.

Nah, jangan bangga dulu ya…! Dompet tebal, bukan berarti kita memiliki banyak uang. Jangan-jangan, dompet tebal hanya akan jadi jebakan batman aja lho buat kita.

Maka dari itu, yuk coba kita bedah isi dompet kita. Sebelum kita menyesal di kemudian hari.

Jebakan Batman Keuangan

Jebakan batman merupakan jebakan konyol yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Sedangkan jebakan batman keuangan, ialah jebakan konyol dalam hal keuangan yang kita miliki. Di mana, kita seolah-olah memiliki banyak uang setelah gajian. Namun, pas sehari dua hari, uang tersebut langsung hilang dari dalam dompet kita. Atau bahkan, hutang-hutang yang kita miliki tak dapat dillunasi, uang gajian di dompet ludes duluan.

Waduh…! Waduh…! Yang beneerrr tuh…? Masa uang yang seabrek-abrek di dalam dompet itu hilang begitu saja. Itulah yang dikenal dengan istilah jebakan batman dalam hal keuangan. Dapat uang, dan kemudian tak tahu lari kemana.

Maka dari itu, kita harus mampu mendeteksi keuangan kita, sebelum terjebak dalam jebakan batman keuangan. Dan, jangan sampai jebakan batman keuangan ini, membuat kita hanya pandai mencari uang, tanpa harus pandai mengelola, menabung dan menginvestasikannya.

Ingat ya…! Usia produktif mencari uang itu, ada masanya. Jika setiap bulan kita selalu saja terjebak dengan jebakan batman, maka kita hanya akan menjadi tukang parkir uang. Mampir uang mampir sebentar ke dompet, setelah itu langsung cabut tak tahu kemana. Karena pemilik hakiki dari uang tersebut bukan diri kita, akan tetapi pemilik cafĂ©, warung makan, penjual tas, penjual pakaian, penjual HP, dan lain sebagainya.

Dompet Tebal, Banyak Uang

Yang menjadi pertanyaan kita bersama, apakah dompet tebal itu, akan selalu identik dengan uang yang banyak? Jawabannya sangat tergantung, dari sudut mana kita memandang.

Jika sudut pandang yang kita gunakan ialah sudut pandang penerimaan keuangan atau pendapatan keuangan. Ya tentu, dompet tebal atau istilah yang lebih membumi ialah gajian, akan identik bahwa orang tersebut memiliki uang yang cukup banyak bila dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.

Artinya ialah, sebelum tiba gajian dompet atau keuangan yang kita miliki menipis. Dan setelah gajian, dompet kita kembali menebal. Di mana, dengan adanya gajian, pendapatan atau uang kita bertambah.

Dan apabila ditinjau dari sudut pandang ilmu keuangan, khususnya alur kas, belum tentu dompet tebal itu menunjukkan uang kita banyak. Karena, dompet tebal yang berisi uang pasca gajian, belum dikeluarkan untuk membayar cicilan kendaraan bermotor, bayar sewa tempat tinggal, bayar listrik, bayar pulsa HP dan internet, bayar sekolah anak, biaya kehidupan keluarga, dan tetek-bengek biaya lainnya.

Nah lho…! Jangan-jangan, setelah dikurangi semua beban biaya hidup, uang gajian akan berlarian dari dalam dompet kita. Ibarat terminal, uang hanya singgah saja di dompet kita. Setelah itu, meninggalkan jejak entah kemana.

Maka dari itu, bagi kita yang baru saja gajian, dan merasa dompet yang dimiliki tebal seketika, jangan berbangga hati terlebih dahulu. Dan jangan sampai kita tertipu, seolah-olah uang kita banyak. Padahal, uang yang masuk ke dalam dompet, harus segera dikeluarkan kembali.

Deteksi Rekam Jejak Beban Keuangan

Jangan sekali-kali kita tertipu dengan tebalnya dompet yang kita miliki. Sehingga, membuat kita tetap mawas diri, bahwa apa yang masuk ke dalam dompet kita, bukan seutuhnya menjadi miliki kita. Barangkali, masih banyak beban keuangan atau kewajiban yang harus ditunaikan dari uang yang diterima.

Maka dari itu, setelah mendapatkan uang gajian, sebaiknya kita deteksi terlebih dahulu rekam jejak beban keuangan yang kita miliki. Karena, beban keuangan harus segera dipisahkan dari dompet kita. Sehingga, kita tidak merasa bahwa uang yang ada di dalam dompet, adalah miliki kita semua, dan kita sebagai pemilik dompet, bebas untuk menggunakannya.

Beberapa beban keuangan yang harus kita keluarkan, misalnya: 1). Cicilan kendaraan bermotor (kredit sepeda motor atau mobil), 2). Cicilan pembiayaan rumah ke bank (bagi yang melakukan pembiayaan rumah), 3). Bayar sewa tempat tinggal (bagi yang ngontrak), 4). Biaya dan peralatan sekolah anak, 5). Uang jajan anak, dan terakhir 6). Biaya dapur keluarga.

Nah, enam komponen tersebut harus segera dikeluarkan dari dompet kita. Karena, enam hal tersebut merupakan kewajiban atau beban keuangan yang harus dikeluarkan. Jika kita tidak segera memisahkan, bisa dipastikan uang yang ada akan terpakai untuk hal lainnya. Misalnya, beli HP baru, beli tas baru, beli baju baru, dan lain-lain.

Jangan Lupa, Keluarkan Sedekah

Jangan lupa, kelurkan sebagian pendapatan kita untuk sedekah. Sedekah yang sifatnya wajib dari pendapatan (gaji) kita, dinamakan dengan zakat. Atau istilah yang lebih populer ialah zakat profesi. Dan untuk sedekah yang sifatnya sunnah, yaitu infak.

Zakat profesi, ialah kewajiban yang harus ditunaikan dari harta yang kita miliki, sebanyak 2,5 %. Dan peruntukannya, bisa untuk fakir, miskin, pelajar, pembangunan pesantren, dan lain sebagainya. Dan kesemuanya, berjumlah delapan golongan.

Sedangkan sedekah, merupakan pengeluaran harta dari pendapatan yang kita miliki. Sedekah, tidak ada syarat ketentuan kepada siapa akan diberikan, dan berapa jumlahnya.

Maka dari itu, keluarkanlah zakat dan infak dari pendapatan kita, agar harta kita lebih berkah. Harta yang berkah, salah satu parameternya ialah, harta yang terbebas dari jebakan batman.

Pikirkan Juga, Tabungan dan Investasi

Setelah kita berhasil membaca rekam jejak keuangan, dari segala kewajiban yang kita miliki, maka tugas selanjutnya ialah, pisahkan dari pendapatan kita untuk tabungan dan investasi.

Jangan pernah berpikir, bahwa kita tidak bisa menabung dan berinvestasi, dengan alasan pendapatan (gaji) kita kecil setiap bulannya. Seberapa pun jumlahnya, setidaknya kita sudah belajar menabung dan berinvestasi.

Menabung sangat simpel, bagi Anda yang tidak ingin menabung ke bank, cukup membeli celengan saja. Dan masukkanlah sebagian dari pendapatan yang kita miliki ke dalam celengan yang telah dibeli.

Setelah dimasukkan, Anda harus menahan syahwat konsumtif yang dimiliki. Sehingga, tak ada bisikan untuk membelek (membuka) celengan yang dimiliki. Dan niatkanlah, uang celengan tersebut tidak akan dibuka, sebelum penuh dengan uang tabungan kita.

Dan begitu juga dengan investasi, saat ini sudah banyak instrumen investasi yang bisa kita lakukan, dengan nominal sekecil apapun. Sehingga, kita tak lagi beralasan bahwa pendapatan yang kita miliki kecil. Sekecil apapu, untuk saat sekarang ini, kita masih tetap bisa berinvestasi.

Jika kita ingin berinvestasi emas, kita dapat membuka tabungan emas di beberapa lembaga keuangan, salah satunya pegadaian. Di pegadaian, kita bisa menabung emas dengan nominal terkecil Rp 5 ribu.

Bila emas menurut kita kurang menggiurkan, kita pun bisa juga membeli reksadana. Beberapa manajer investasi, menawarkan pembelian reksadana dengan nominal terkecil, yaitu sebesar Rp 100 ribu. Nah, dengan Rp 100 ribu, kita sudah bisa berinvestasi reksadana.

Artinya, saat ini tabungan dan investasi bukan masalah besar ataupun kecil uang yang kita sisihkan dari pendapatan untuk ditabung dan diinvestasikan. Akan tetapi, lebih pada kemauan kita untuk menabung dan berinvestasi. Jika kita memang benar-benar berniat untuk menabung dan berinvestasi, berapapun nominalnya, kita akan tetap mengeluarkan dari pendapatan kita.

Kurangi Nongkrong Tak Jelas

Bagi kita yang tak mau terkena jebakan batman keuangan, kurangilah nongkrong yang tak bermanfaat. Karena, nongkrong yang tak bermanfaat, hanya akan memperbesar pengeluaran yang kita miliki.

Sebagai contoh, setiap week end, kita habiskan untuk nongkrong di cafe atau warung/kedai kopi, atapun nonton di bioskop. Setidaknya, kita akan mengeluarkan uang dengan kisaran Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu.

Kalau seandainya setiap week end kita habiskan waktu untuk nongkrong, ya tinggal dikalikan saja dengan 4 minggu. Dan kemudian, hitung berapa pengeluaran yang harus kita tunaikan.

Tentu, uang untuk nongkrong bagi yang memiliki pendapatan besar setiap bulannya, tidak akan terasa. Namun, bagi yang memiliki pendapatan kisaran UMR DKI sebesar Rp 3,1 juta ataupun di atasnya hingga Rp 5 juta, pengeluaran untuk nongkrong tentu akan membuat kita masuk dalam jebakan batman keuangan.

Kalaupun kita tidak bisa menghilangkan kegiatan nongkrong bersama teman-teman, ya mungkin sebulan satu kali saja. Agar pengeluaran keuangan tidak terlalu membengkak.

Namun, ada satu hal yang harus diperhatikan, jika nongkrongnya bersifat mengurusi hal yang menguntungkan, umpamanya urusan bisnis, ya dipersilahkan saja. Jika demikian, anggap saja biaya nongkrong tersebut sebagai beban bisnis yang harus ditunaikan.

Sebagai contoh, saya sebagai penulis, penyunting dan editor buku, akan mengajak nongkrong setiap klien yang membutuhkan jasa saya. Bisa nongkrong di kedai kopi, warung makan dan mini market yang menyediakan kursi tongkrongan.

Prinsip saya, tak apalah saya keluar biaya nongkrong. Namun, saya akan mendapatkan uang jauh lebih besar dari biaya yang telah saya keluarkan. Karena prinsipnya, No-Free lauch (tidak ada makan siang gratis), atau tidak ada bisnis yang 0% beban biaya, hehehhee…!

Namun kebanyakan selama ini, beban biaya nongkrong bukan saya yang bayarkan, akan tetapi klien saya. Mungkin, karena mereka yang butuh atas jasa saya, sehingga mereka rela untuk mengeluarkan gocek, membayarkan uang makan dan minum selama meeting ataupun konsultasi naskah . Enak kan, hehehehe…!

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu langkah agar tidak terjebak pada jebakan batman keuangan, keluarkan terlebih dahulu kewajiban dari keuangan kita, dan sisanya baru kita pergunakan untuk penuhi kebutuhan lainnya.

Jika pun tersisa, baru kita boleh membelanjakan untuk beli pakaian, tas baru, dan lain-lain. Begitu juga, baru boleh buat nongkrong, itu pun jangan setiap minggu, sebulan sekali saja. Dan harus tetap ditahan nafsu konsumtif kita, jangan sampai nafsu konsumtif liar begitu saja.

Hokeh kawan-kawan semua….! Mungkin itu saja yang dapat disampaikan, semoga kita semua dapat terbebas dari jebakan batman keuangan. Kemudian, memiliki keuangan yang sehat.

Salam sukses penuh keberkahan untuk kita, dan semoga kita mampu mempraktikkannya…!