Anda Karyawan, Kenapa Gak Sambil Jualan Aja
Malu ah, masa ke kantor sambil jualan…!
Emang Gua apaan, uda dandan ganteng suru bawa-bawa jualan, trus jualan di kantor. Ilang dong gantengnya….!
Hellooo….! Lu gak ngaca ya, Gue udah pake’ bedak yang super mehongg (mahal), trus suru bawa-bawa tas yang isinya jualan, bisa-bisa kiamat kelessss…..!
Heheheheh…! Kita berbaik sangka saja sama orang yang bila diajak bawa jualan, memberi jawaban seperti itu. Mungkin saja, mereka sudah memiliki cukup pendapatan. Dompet penuh dengan uang merah, alias seratusannn…! Rekening bank, jumlah nol-nya sudah tak ketulunggg….! Jadi, sangat wajar saja.
Lha…..! Bagi kita yang memiliki pendapatan pas-pasan, alias gaji masih UMR (upah minimum regional), ya tau diri aja lahh…! Jangan bergaya dengan memberikan jawaban seperti itu, hehehhe…!
Paling tidak, kita berusaha mencari pendapatan sampingan (passive income), dengan cara berdagang atau jualan di kantor. Karena, kantor sebenarnya merupakan pasar yang cukup potensial. Karena, orang-orang yang bekerja di kantor, ialah orang-orang yang memiliki pendapatan tetap. Apalagi pas tanggal-tanggal muda, behhhh…! Itu mangsa yang cukup ampuh, kalau seandainya kita mampu mengoptimalkan kesempatan tersebut.
Berbeda halnya, jika kita memancing di sungai yang arusnya deras. Kita juga gak mengetahui, apakah di dalam sungai tersebut ada ikannya atau tidak. Kita melempar umpan, ya mungkin kalau pas ada ikannya bisa dicaplok oleh ikan.
Tapi, kadang kalau lagi tak ada ikan, bisa-bisa seharian umpan kita tak disentuh ikan. Sekali disentuh pancing kita, malah bukan ikan. Akan tetapi, sepatu orang yang tak bertuan. Beeeeehahahahah….!
Begitu juga saat kita berdagang di kantor. Sudah jelas orang-orang yang ada di kantor memiliki pendapatan tetap per bulan. Jadi, jika kita bisa mengoptimalkan untuk memasarkan segala macam kebutuhan orang-orang kantor, maka apa yang kita tawarkan akan langsung dibeli.
Berbeda halnya, jika kita menawarkan barang dagangan di terminal. Belum tentu lho, orang yang berseliweran di terminal itu semuanya memiliki uang yang cukup. Barangkali, dia baru dari kampung. Barangkali, dia habis bayar hutang. Dan mungkin juga, dia memiliki banyak uang, tapi tak berminat dengan dagangan kita.
Simpel kan…! Jadi, tunggu apa lagi. Sehabis baca tulisan ini, langsung dah dengerin keluhan teman-teman di kantor. Mereka sedang membutuhkan apa. Mungkin kaos, tiket liburan, kemeja, dasi, nasi uduk buat sarapan, buku bacaan, hingga hal-hal lainnya yang mungkin tak pernah terpikirkan.
Selang seminggu berjalan, ada seorang karyawan baru, yang menggantikan OB (Office Boy) sebelumnya. Sehari dua hari, saya tak begitu menghiraukan apa yang dilakukan olehnya setiap pagi. Saya beprasangka, dirinya sedang menyelesaikan tugas kewajibannya, seperti menyediakan air minum seluruh karyawan, membersihkan dan merapikan meja kantor, membelikan sarapan, dan lain sebagainya.
Rasa penasaran saya semakin membuncah, akhirnya setelah seminggu kemudian, saya tanyakan padanya. Karena, ada hal-hal yang menurut logika saya sedikit aneh. Kira-kira, percakapan yang terjadi seperti ini.
“Bro…! lu setiap pagi ngasih-ngasih nasi uduk ama nasi warteg, emang di rumah lu jualan?” Tanya saya padanya.
“Kagak Bang…! Tapi, kan lumayan bang kalo ada yang nitip-nitip setiap harinya. Kan saya gak pake modal. Mereka yang mesen hari ini, terus besoknya guwa bawa,” ungkapnya sambil nyengir.
“Trus…! Harga-harga yang dipesen, lu tau dari mana?” tanya saya polos padanya.
“Ya simpel sih bang…! Kalo cuman nasi uduk, lontong sayur, nasi pecel, nasi warteg, guwa mah hampir hapal Bang…! Kan harganya mah standar untuk daerah Jakarta. Tinggal saya patokin aja, plus ongkos saya jalan, Rp 2 rebu atau Rp 3 rebu, kan lumayan bang kalo dikumpul-kumpulin selama sebulan,” tukasnya lagi penuh kemenangan.
“Abang kan tau sendiri, berapa sih gaji OB. Tapi, kalo ditambah yang sampingan kayak gini, kan lumayan Bang,” ungkapnya penuh kepolosan.
Saya hanya mengangguk terdiam menyaksikan tingkahnya. Setelah saya ingat-ingat kejadian tersebut. Saya kategorikan, orang tersebut masuk ke dalam golongan, “orang yang tahu, bahwa dirinya tahu”. Artinya, dia termasuk orang yang tahu (menyadari), bahwa dirinya memiliki pendapatan yang pas-pasan. Dan kemudian, dirinya juga tahu, cara agar pendapatannya tak pas-pasan, yaitu dengan cara mencari penghasilan tambahan (passive income).
Wahhhh…! Kerrreeen kan orang tersebut…! Semoga, pendapatan orang yang saya ceritakan dalam tulisan ini, akan bertambah baik. Karena, saya tak pernah berjumpa lagi dengannya.
Masih ingat kan, cerita OB di atas?
Apakah Si OB memiliki modal finansial untuk membelikan pesanan sarapan, karyawan yang ada di kantor waktu itu.
Jawabannya tidak, Si OB tidak memiliki modal finansial yang cukup. Tapi, dirinya tak mau kalah akal. Dia minta, uang orderan dibayar di awal. Sehingga, dirinya hanya mengambil selisih dari harga beli. Dan selisih tersebutlah yang ia ambil sebagai keuntungan. Jadi simpel kan…! Bisa minta terlebih dahulu uangnya, dan kemudian barang atau produk menyusul.
Dalam tulisan ini, saya akan memberikan beberapa bocoran, jika seandainya kita ingin jualan di kantor, tapi tak punya modal yang cukup. Maka, ada beberapa cara.
Pertama, minta terlebih dahulu uangnya. Sedangkan barang atau produk menyusul. Lakukan, seperti yang dilakukan oleh OB, yang pernah saya ceritakan di awal.
Kedua, jualin dagangan teman atau saudara. Nah, di antara keluarga besar kita, tidak akan mungkin kan jadi pegawai semuanya. Pasti, salah satu ada yang jadi pedagang. Nah, coba saja sesekali bawa dagangannya ke kantor, dan tawarkan ke teman-teman. Tentu, jangan dibawa semuanya.
Bawa satu contoh saja. Dan, contoh dagangan yang dibawa, yang size-nya tidak besar, seperti spatu, jam tangan, cincin, kaos, kemeja, dan lain-lain. Kalau dagangannya berupa kasur, ya jangan membawa contoh dagangan berupa kasur ke kantor. Bisa-bisa, langsung DIPECAT sama atasan kita, hehehhehe…!
Ketiga, bawa katalog dagangan. Sekarang kan jaman sudah canggih. Beberapa produsen, baik yang menghasilkan produk ataupun jasa, sudah memiliki katalog. Pasarkan saja katalog-nya ke kawan-kawan yang ada di kantor. Tentu, jika Anda memasarkan menggunakan katalog, harus benar-benar paham terhadap apa yang Anda pasarkan. Jangan sampai, ketika dicecer pertanyaan, Anda tak paham terhadap apa yang Anda jual.
Kalau tidak laku, bagaimana? Ya kita harus berpikir positif terlebih dahulu. Apa yang kita tawarkan dan kita jual, harus produk atau jasa yang memang benar-benar diminati. Makanya, kita harus bermain insting ketika hendak membeli, sebagai contoh atau katalog.
Kalau memang benar-benar tak laku, ya pakai saja sendiri. Dan ketika ada teman yang bertanya tentang produk atau jasa yang kita pakai, langsung tembak dengan penawaran. “Ohh…! Kaos ini Bro, ini dagangan guwa. Kalau mau pesan seperti ini, ya boleh saja, nanti guwa bawain,” ucapkan tembakan penawaran seperti itu, walaupun sebenarnya tidak memiliki barang di rumah.
Lumayan kan, kalau seandainya ada dua ataupun tiga orang yang nanya, lalu meminta orderan ke kita. Jurus seperti ini, sering saya lakukan juga hingga saat ini. Setelah saya berkonsultasi ke kawan saya, nama jurus tersebut disepakati bernama “Jurus Palogada” artinya “apa yang lu mau, guwa ada”, heheheh….!
Demikianlah saudara-saudara yang saya sayangi, semoga setelah membaca tulisan di blog ini, kita akan menemukan produk atau jasa apa yang kira-kira bisa ditawarkan di kantor tempat kita bekerja. Semoga cepat dimudahkan untuk mencari jenis produk dan jasa-nya…!
Emang Gua apaan, uda dandan ganteng suru bawa-bawa jualan, trus jualan di kantor. Ilang dong gantengnya….!
Hellooo….! Lu gak ngaca ya, Gue udah pake’ bedak yang super mehongg (mahal), trus suru bawa-bawa tas yang isinya jualan, bisa-bisa kiamat kelessss…..!
Heheheheh…! Kita berbaik sangka saja sama orang yang bila diajak bawa jualan, memberi jawaban seperti itu. Mungkin saja, mereka sudah memiliki cukup pendapatan. Dompet penuh dengan uang merah, alias seratusannn…! Rekening bank, jumlah nol-nya sudah tak ketulunggg….! Jadi, sangat wajar saja.
Lha…..! Bagi kita yang memiliki pendapatan pas-pasan, alias gaji masih UMR (upah minimum regional), ya tau diri aja lahh…! Jangan bergaya dengan memberikan jawaban seperti itu, hehehhe…!
Paling tidak, kita berusaha mencari pendapatan sampingan (passive income), dengan cara berdagang atau jualan di kantor. Karena, kantor sebenarnya merupakan pasar yang cukup potensial. Karena, orang-orang yang bekerja di kantor, ialah orang-orang yang memiliki pendapatan tetap. Apalagi pas tanggal-tanggal muda, behhhh…! Itu mangsa yang cukup ampuh, kalau seandainya kita mampu mengoptimalkan kesempatan tersebut.
Analogi Kantor, Sebagai Pasar
Bila saya analogikan (ibaratkan) dengan orang memancing, kantor itu ibarat empang peliharaan tempat mancing yang memang banyak ikannya. Jadi, umpan apa saja yang dilempar ke kolam, pasti akan dicaplok oleh ikan-ikan yang berseliweran di dalam empang.Berbeda halnya, jika kita memancing di sungai yang arusnya deras. Kita juga gak mengetahui, apakah di dalam sungai tersebut ada ikannya atau tidak. Kita melempar umpan, ya mungkin kalau pas ada ikannya bisa dicaplok oleh ikan.
Tapi, kadang kalau lagi tak ada ikan, bisa-bisa seharian umpan kita tak disentuh ikan. Sekali disentuh pancing kita, malah bukan ikan. Akan tetapi, sepatu orang yang tak bertuan. Beeeeehahahahah….!
Begitu juga saat kita berdagang di kantor. Sudah jelas orang-orang yang ada di kantor memiliki pendapatan tetap per bulan. Jadi, jika kita bisa mengoptimalkan untuk memasarkan segala macam kebutuhan orang-orang kantor, maka apa yang kita tawarkan akan langsung dibeli.
Berbeda halnya, jika kita menawarkan barang dagangan di terminal. Belum tentu lho, orang yang berseliweran di terminal itu semuanya memiliki uang yang cukup. Barangkali, dia baru dari kampung. Barangkali, dia habis bayar hutang. Dan mungkin juga, dia memiliki banyak uang, tapi tak berminat dengan dagangan kita.
Simpel kan…! Jadi, tunggu apa lagi. Sehabis baca tulisan ini, langsung dah dengerin keluhan teman-teman di kantor. Mereka sedang membutuhkan apa. Mungkin kaos, tiket liburan, kemeja, dasi, nasi uduk buat sarapan, buku bacaan, hingga hal-hal lainnya yang mungkin tak pernah terpikirkan.
Sebuah True Story
Alkisah, tahun 2020 awal, tepatnya bulan Januari, saya menjalankan tugas praktikum, di salah satu bank syariah plat merah. Atau yang lebih dikenal dengan istilah magang, sebagai salah satu prasyarat mengikuti ujian riset (skripsi).Selang seminggu berjalan, ada seorang karyawan baru, yang menggantikan OB (Office Boy) sebelumnya. Sehari dua hari, saya tak begitu menghiraukan apa yang dilakukan olehnya setiap pagi. Saya beprasangka, dirinya sedang menyelesaikan tugas kewajibannya, seperti menyediakan air minum seluruh karyawan, membersihkan dan merapikan meja kantor, membelikan sarapan, dan lain sebagainya.
Rasa penasaran saya semakin membuncah, akhirnya setelah seminggu kemudian, saya tanyakan padanya. Karena, ada hal-hal yang menurut logika saya sedikit aneh. Kira-kira, percakapan yang terjadi seperti ini.
“Bro…! lu setiap pagi ngasih-ngasih nasi uduk ama nasi warteg, emang di rumah lu jualan?” Tanya saya padanya.
“Kagak Bang…! Tapi, kan lumayan bang kalo ada yang nitip-nitip setiap harinya. Kan saya gak pake modal. Mereka yang mesen hari ini, terus besoknya guwa bawa,” ungkapnya sambil nyengir.
“Trus…! Harga-harga yang dipesen, lu tau dari mana?” tanya saya polos padanya.
“Ya simpel sih bang…! Kalo cuman nasi uduk, lontong sayur, nasi pecel, nasi warteg, guwa mah hampir hapal Bang…! Kan harganya mah standar untuk daerah Jakarta. Tinggal saya patokin aja, plus ongkos saya jalan, Rp 2 rebu atau Rp 3 rebu, kan lumayan bang kalo dikumpul-kumpulin selama sebulan,” tukasnya lagi penuh kemenangan.
“Abang kan tau sendiri, berapa sih gaji OB. Tapi, kalo ditambah yang sampingan kayak gini, kan lumayan Bang,” ungkapnya penuh kepolosan.
Saya hanya mengangguk terdiam menyaksikan tingkahnya. Setelah saya ingat-ingat kejadian tersebut. Saya kategorikan, orang tersebut masuk ke dalam golongan, “orang yang tahu, bahwa dirinya tahu”. Artinya, dia termasuk orang yang tahu (menyadari), bahwa dirinya memiliki pendapatan yang pas-pasan. Dan kemudian, dirinya juga tahu, cara agar pendapatannya tak pas-pasan, yaitu dengan cara mencari penghasilan tambahan (passive income).
Wahhhh…! Kerrreeen kan orang tersebut…! Semoga, pendapatan orang yang saya ceritakan dalam tulisan ini, akan bertambah baik. Karena, saya tak pernah berjumpa lagi dengannya.
Gak Punya Modal, Simpel Kok
Sudah ada niat mau jualan di kantor, ehhh…! Tiba-tiba ngecek dompet, isinya kayak jeruk, nipiiisss bangettt…! Ya gak jadi jualan dech.Masih ingat kan, cerita OB di atas?
Apakah Si OB memiliki modal finansial untuk membelikan pesanan sarapan, karyawan yang ada di kantor waktu itu.
Jawabannya tidak, Si OB tidak memiliki modal finansial yang cukup. Tapi, dirinya tak mau kalah akal. Dia minta, uang orderan dibayar di awal. Sehingga, dirinya hanya mengambil selisih dari harga beli. Dan selisih tersebutlah yang ia ambil sebagai keuntungan. Jadi simpel kan…! Bisa minta terlebih dahulu uangnya, dan kemudian barang atau produk menyusul.
Dalam tulisan ini, saya akan memberikan beberapa bocoran, jika seandainya kita ingin jualan di kantor, tapi tak punya modal yang cukup. Maka, ada beberapa cara.
Pertama, minta terlebih dahulu uangnya. Sedangkan barang atau produk menyusul. Lakukan, seperti yang dilakukan oleh OB, yang pernah saya ceritakan di awal.
Kedua, jualin dagangan teman atau saudara. Nah, di antara keluarga besar kita, tidak akan mungkin kan jadi pegawai semuanya. Pasti, salah satu ada yang jadi pedagang. Nah, coba saja sesekali bawa dagangannya ke kantor, dan tawarkan ke teman-teman. Tentu, jangan dibawa semuanya.
Bawa satu contoh saja. Dan, contoh dagangan yang dibawa, yang size-nya tidak besar, seperti spatu, jam tangan, cincin, kaos, kemeja, dan lain-lain. Kalau dagangannya berupa kasur, ya jangan membawa contoh dagangan berupa kasur ke kantor. Bisa-bisa, langsung DIPECAT sama atasan kita, hehehhehe…!
Ketiga, bawa katalog dagangan. Sekarang kan jaman sudah canggih. Beberapa produsen, baik yang menghasilkan produk ataupun jasa, sudah memiliki katalog. Pasarkan saja katalog-nya ke kawan-kawan yang ada di kantor. Tentu, jika Anda memasarkan menggunakan katalog, harus benar-benar paham terhadap apa yang Anda pasarkan. Jangan sampai, ketika dicecer pertanyaan, Anda tak paham terhadap apa yang Anda jual.
Kalau Punya Modal, Lebih Gampang
Kalau kita punya uang, malah lebih gampang. Kita dapat menggunakan uang kita, untuk membeli barang-barang terlebih dahulu. Namun jangan terlalu banyak, satu atau dua saja sebagai contoh. Kemudian, jajakan ke teman-teman yang ada di kantor.Kalau tidak laku, bagaimana? Ya kita harus berpikir positif terlebih dahulu. Apa yang kita tawarkan dan kita jual, harus produk atau jasa yang memang benar-benar diminati. Makanya, kita harus bermain insting ketika hendak membeli, sebagai contoh atau katalog.
Kalau memang benar-benar tak laku, ya pakai saja sendiri. Dan ketika ada teman yang bertanya tentang produk atau jasa yang kita pakai, langsung tembak dengan penawaran. “Ohh…! Kaos ini Bro, ini dagangan guwa. Kalau mau pesan seperti ini, ya boleh saja, nanti guwa bawain,” ucapkan tembakan penawaran seperti itu, walaupun sebenarnya tidak memiliki barang di rumah.
Lumayan kan, kalau seandainya ada dua ataupun tiga orang yang nanya, lalu meminta orderan ke kita. Jurus seperti ini, sering saya lakukan juga hingga saat ini. Setelah saya berkonsultasi ke kawan saya, nama jurus tersebut disepakati bernama “Jurus Palogada” artinya “apa yang lu mau, guwa ada”, heheheh….!
Demikianlah saudara-saudara yang saya sayangi, semoga setelah membaca tulisan di blog ini, kita akan menemukan produk atau jasa apa yang kira-kira bisa ditawarkan di kantor tempat kita bekerja. Semoga cepat dimudahkan untuk mencari jenis produk dan jasa-nya…!