Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pentingnya Memahami “Ilmu Perilaku Konsumen”

Ilmu Perilaku Konsumen sebenarnya merupakan salah satu rumpun ilmu ekonomi mikro. Di mana, dalam ilmu ekonomi mikro, membahas tentang teori produksi, distribusi dan konsumsi.


Nah, perilaku konsumen ini merupakan penjelasan yang cukup detail tentang bagaimana seorang konsumen ketika hendak mendapatkan atau membeli produk dan jasa yang ditawarkan pada dirinya. Sehingga, dirinya merasa aman untuk mengkonsumsi produk ataupun jasa tersebut.

Jika diperhatikan, berarti “Ilmu Perilaku Konsumen” tidak hanya penjelasan berkenaan dengan konsumsi. Akan tetapi, juga berkenaan dengan distribusi dari produsen ke konsumen .

Pentingnya Memahami “Ilmu Perilaku Konsumen”

Mengenal Lebih Mendalam

Menurut Ujang Sumarwan, dalam buku yang berjudul “Pemasaran Strategik: Persepektif Value-Based Marketing & Pengukuran Kinerja” dijelaskan bahwa istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang diharapkan dapat memuskan kebutuhannya.

Adapun proses keputusan konsumen membeli ataupun mengkonsumsi produk dan jasa akan dipengaruhi oleh tiga faktor utama. Pertama, kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh produsen dan lembaga lainnya. Kedua, faktor perbedaan individu konsumen. Ketiga, Faktor lingkungan konsumen.

Nah, pengertian yang diterangkan di atas, rasa-rasanya akan menjadi bocoran yang tepat, bagi kita yang berkutat di dunia jualan atau bisnis. Baik yang berbentuk produk ataupun jasa. Karena, dengan mengetahui ilmu perilaku konsumen, produk dan jasa yang kita hasilkan akan cepat terserap oleh konsumen.

Intinya, “Ilmu Perilaku Konsumen” ialah, bagaimana kita mengetahui konsumen mulai dari mencari hingga mengkonsumsi produk dan jasa yang dihasilkan. Dengan harapan, produk dan jasa tersebut mampu memberikan kepuasan terhadap konsumen.

Dan konsumen akan merasa puas atas produk dan jasa yang kita hasilkan, ketika produk dan jasa tersebut sesuai dengan kriteria yang kita tawarkan. Sebagai contoh, seorang pedagang Lontong Sayur kaki lima, yang menjual produknya seharga Rp 15 ribu per porsi. Padahal, harga lontong sayur kaki lima pasaran di daerah tersebut, sekitar Rp 10 ribu per porsi. Dan di spanduk depan gerobaknya bertuliskan, “Rasanya Super Maknyus dan Mantap”.

Ketika ada orang yang membeli, memang lontong sayur tersebut rasanya super enak dan maknyus. Sehingga, konsumen tak keberatan mengeluarkan gocek sebesar Rp 15 ribu per prosi. Walaupun pesaing lainnya di sekitar tempat tersebut, menjual lontong sayur seharga Rp 10 ribu per porsi.

Nah, ini yang dikatakan bahwa produk yang dihasilkan harus mampu memberikan kepuasan kepada konsumen. Maka dari itu, dapatlah disimpulkan bahwa inti dari “Ilmu Perilaku Konsumen” ialah memberikan kepuasan kepada para konsumen, yang membeli produk dan jasa yang dihasilkan.

Dan seandainya produk dan jasa yang dihasilkan tak sesuai dengan kriteria yang kita jual, entah karena cacat dalam proses produksi ataupun hal lainnya, maka kita harus berani memberikan 100% garansi. Atau bahkan, kita memberikan 100% garansi ditambah bonus lainnya.

Siapa Saja Yang Membutuhkan

Sebenarnya, yang paling membutuhkan “Ilmu Perilaku Konsumen” ialah pedagang dan pebisnis. Karena, dengan mengenal perilaku konsumen, produk dan jasa yang dihasilkan akan cepat ludes.

Selain itu, dirinya juga tidak akan memproduksi atau menghasilkan produk dan jasa, yang tidak dibutuhkan  oleh konsumen. Tentu, setelah mengetahui “Ilmu Perilaku Konsumen.

Selain pedagang dan pebisnis, yang bersifat perorangan ialah bagian marketing. Bagian marketing sangat membutuhkan “Ilmu Perilaku Konsumen”. Karena, bagian marketing merupakan ujung tombak dari keberlangsungan perusahaan.

Sedangkan untuk institusi, ada juga institusi yang berkepentingan mengetahui “Ilmu Perilaku Konsumen”. Beberapa institusi tersebut, antara lain: lembaga pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi, dan Lembaga Konsultan yang menyediakan riset tentang pemasaran dan perilaku konsumen.

Institusi tersebut berkepentingan untuk mengetahui, dan bahkan mendalami perilaku konsumen. Apalagi dari pihak pemerintah, karena pihak pemerintah sebagai regulator. Jangan sampai, konsumen menjadi korban dari produk dan jasa yang dihasilkan oleh produsen.

Manfaat Mempelajari

Banyak manfaat yang akan didapatkan, ketika kita mempelajari “Ilmu Perilaku Konsumen. Bagi pedagang dan pebisnis, tentu  manfaatnya ialah sebagai masukan untuk mempercepat produk dan jasa yang dihasilkan untuk bisa terserap oleh pasar, atau cepat laku dan diserbu konsumen.

Bagi Perguruan Tinggi, Lembaga Riset Pemasaran dan Konsumen, serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), manfaat mempelajari “Ilmu Perilaku Konsumen” ialah sebagai bahan rujukan riset yang dihasilkan, entah untuk dijual sebagai jasa konsultan ataupun untuk masukan kepada pemerintah.

Dan bagi pemerintah, manfaat mempelajari “Ilmu Perilaku Konsumen” ialah untuk melindungi konsumen, agar tidak dirugikan oleh pihak produsen.

Sedangkan bagi masyarakat umum, yang sebenarnya adalah konsumen, akan mampu menjadi informasi awal, sehingga dirinya berhati-hati dalam membeli suatu produk dan jasa yang dihasilkan. Dan dirinya tidak tertipu untuk membeli produk dan jasa tersebut.

Selain itu, dengan mempelajari “Ilmu Perilaku Konsumen”, kita sebagai konsumen tidak terlalu konsumtif dalam mengkonsumsi produk dan jasa yang ditawarkan kepada diri dan keluarga kita. Yang pada akhirnya, kita bisa memilah-milah, mana yang sebenarnya penting dan mana yang sebenarnya hanya untuk gaya hidup.

Demikianlah yang dapat disampaikan, semoga tulisan ini memberikan manfaat yang besar bagi kita, dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Entah sebagai seorang pedagang, pebisnis, tenaga marketing, ataupun seorang konsumen. Dan juga, sebagai anggota individu di pemerintahan, LSM, lembaga konsultan marketing dan konsumen, serta Perguruan Tinggi.

Dan selamat memperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari….!