Memahami Inti Manajemen Strategik
Persaingan dalam dunia bisnis, tak mungkin dapat dihindari. Apalagi, setelah hadirnya digital dalam kehidupan sehari-hari. Jarak tak lagi jadi kendala. Para pebisnis beramai-ramai menciptakan pasar. Pasar digital (e-comerse) seperti yang buming pada saat sekarang ini.
Dan pasar, tak lagi tempat bertemunya pembeli dan penjual. Akan tetapi, pasar lebih kepada pertemuan antara permintaan (demand) dan penawaran (supply). Yang akhirnya tercipta titik equilibrium (titik temu/harga) barang atau jasa. Adanya perubahan paradigma pasar, tentu berimbas pada kepemilikan modal dalam bisnis.
Artinya, seseorang yang akan membangun dan menjalankan bisnis, dengan bermodalkan digital (internet), tak lagi membutuhkan modal yang cukup banyak. Bahkan, dengan bermodalkan Rp 1 juta, seseorang sudah bisa membangun pasar digital, yaitu dengan cara membeli hosting dan domain.
Hal tersebut pun menggeser paradigm pebinis, bahwa untuk memulai bisnis yang besar, tak lagi uang yang menjadi kendala utama. Sehingga, mulai bertebaranlah pebisnis digital, yang membangun pasar di dunia maya. Karena dunia maya, pasanya tak terbatas oleh tempat dan waktu.
Tentu, munculnya pebisnis baru yang datang dengan keunggulan di bidang digital, menjadi pesaing baru bagi bisnis yang sudah ada sebelumnya. Sehingga, makin marak-lah persaingan dunia bisnis saat ini. Entah persaingan yang bersifat on-line ataupun off-line.
Maka dari itu, agar bisnis (baik pemula ataupun yang sudah lama) mampu bertahan terhadap persaingan yang terjadi. Kehadiran Strategic-Management (Manajemen-Strategik), sangat membantu memenangkan persaingan pasar.
Dan, inti dari manajemen strategik, apabila kita peras, hanya ada tiga, yaitu: perencanaan, implementasi, serta evaluasi dan pengendalian strategi. Ketiga hal tersebut, harus saling menguatkan. Sehingga, “GOAL” yang sudah direncanakan akan terealisasi dengan baik.
Berkenaan dengan perencanaan, bisnis, saya punya cerita, dan ini merupakan true-story yang menimpa kawan saya sekitar pertengahan tahun 2014. Anggap saja namanya Arip. Arip kawan kuliah S-2 saya, yang tiba-tiba bercerita bahwa dirinya (resign) dari tempat bekerja. Salah satu alasan yang membuat saya agak tercengah dan tak percaya, ia keluar karena diiming-imingi seseorang untuk mengurus bisnisnya.
Bisnis yang dijalankan bergerak di bidang advertising, dengan bendera PT. Ketika saya Tanya mengenai kepemilikan saham, ia hanya senyum sambil mengatakan “Ya gua ada sih sahamnya juga, meskipun dikit. Sembari gua punya saham, gua juga digaji bulanan seperti pegawai lainnya.” Begitu ungkap kawan saya.
Kurang lebih setengah tahun kemudian, saya tanya mengenai perkembangan bisnis yang sedang dijalaninya. “Waduh, perusahaannya tutup Bro. Gua uda bekerja di perusahaan lain, di daerah Tebet.” Begitulah ungkap kawanku.
Apa yang menimpa teman saya itu, bila kita telisik dengan analisis Manajemen Strategik, masalahnya hanya satu, yaitu tak ada perencanaan bisnis yang matang. Dalam arti lain, bisnis yang dijalankan asal jalan begitu saja.
Mungkin saja, mereka terlalu “PEDE” dengan modal keuangan yang dimiliki. Sehingga mereka beranggapan bahwa pasar bisa langsung dijamahnya. Padahal, modal keuangan di jaman sekarang bukanlah segala-galanya.
Cerita singkat tersebut, harus bisa diambil hikmahnya oleh kita semua. Jangan sampai, bisnis yang kita jalankan tak memiliki perencanaan matang. Sehingga, bukan untung yang didabatkan, akan tetapi malah buntung, hehehehe….!
Padahal, dalam perencanaan bisnis, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, seperti: visi dan misi perusahaan, analisis lingkungan internal dan eksternal, pesaing yang sudah lama, varian produk sama yang akan datang, kecakapan SDM yang dimiliki, target jumlah konsumen, hingga strategi marketing, dan beberapa hal lainnya. Semua persiapan, harus tertuang dalam blue-print perusahaan.
Hal tersebut penting dipersiapkan, sebagai perencanaan yang terintegrasi, mulai dari bagian manajemen, produksi, distribusi, dan marketing. Sehingga, produk atau jasa yang dihasilkan, benar-benar mampu terserap oleh pasar. Sehingga, perusahaan dapat mempertahankan siklus bisnisnya.
Kemudian, target seperti apa yang akan dicapai oleh perusahaan di kemudian hari. Berkenaan dengan target, bagian menajemen harus mampu memotivasi SDM yang dimiliki oleh perusahaan. Karena, adanya motivasi akan mampu menggerakkan kinerja terbaik karyawan. Jangan sampai, SDM yang dimiliki tidak memiliki kinerja yang baik. Karena, hal tersebut akan mengganggu target yang telah ditetapkan oleh perusahaan di masa yang akan mendatang.
Selain itu, owner bisnis harus mampu menempatkan SDM sesuai dengan keahilian yang dimiliki. Jangan sampai, salah menempatkan SDM. Karena kesalahan penempatan, sangat mengganggu kinerja bisnis yang sudah ditetapkan. Bahkan bisa berakibat fatal terhadap bisnis yang dijalankan.
Dan jangan lupa, dalam implementasi perusahaan juga harus mendelegasikan kekuasaan (kebijakan) terhadap SDM yang memiliki kemampuan untuk menjalankan suatu bidang. Hal tersebut, untuk menghidupkan dan menggerakkan, seluruh organ-organ yang ada dalam perusahaan.
Umpamanya, Manager Marketing diberi kebebasan untuk membuat strategi marketing agar produk dan jasa bisa dikenal, lalu terserap oleh pasar. Manager Keuangan, diberi tanggung jawab untuk membuat forcasting keuangan (proyeksi keuangan) di masa akan datang, sehingga laba yang diperoleh perusahaan cukup besar. Manajer HRD diberi bertanggung jawab meningkatkan kinerja, dan mengatur kepuasan kerja karyawan. Dan berbagai macam tanggung jawab lainnya, sesuai dengan bagian-bagian yang ada di perusahaan tersebut.
Dalam artian, perusahaan harus mendelegasikan kekuasaan kepada divisi-divisi yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga, seluruh divisi akan terintegrasi, dalam menciptakan produk atau jasa. Yang kemudian mampu menciptakan konsumen-loyal. Dan konsumen loyal, akan melakukan repeat-order atas produk dan jasa yang dihasilkan.
Dari akhir evaluasi akan kembali diputuskan, apakah rencana yang telah ditetapkan harus diubah atau tidak. Tentu, hal tersebut harus mengacu pada target-target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Jika target yang ditetapkan banyak tercapai, maka strategi yang digunakan cukup ampuh, dan mungkin disempurnakan saja.
Begitu juga sebaliknya, bila target banyak tak tercapai, maka sudah menjadi kewajiban, owner bisnis atau bagian manajemen mengganti strategi yang lebih tepat dan terukur. Sehingga, roda bisnis yang dijalankan, akan tetap berjalan dan bahkan berkembang sesuai harapan bersama. Baik harapan bagi owner bisnis sebagai pemilik saham, atau karyawan sebagai tenaga SDM yang dimiliki oleh perusahaan, ataupun konsumen sebagai penerima manfaat dari produk dan jasa yang dihasilkan.
Dan pasar, tak lagi tempat bertemunya pembeli dan penjual. Akan tetapi, pasar lebih kepada pertemuan antara permintaan (demand) dan penawaran (supply). Yang akhirnya tercipta titik equilibrium (titik temu/harga) barang atau jasa. Adanya perubahan paradigma pasar, tentu berimbas pada kepemilikan modal dalam bisnis.
Artinya, seseorang yang akan membangun dan menjalankan bisnis, dengan bermodalkan digital (internet), tak lagi membutuhkan modal yang cukup banyak. Bahkan, dengan bermodalkan Rp 1 juta, seseorang sudah bisa membangun pasar digital, yaitu dengan cara membeli hosting dan domain.
Hal tersebut pun menggeser paradigm pebinis, bahwa untuk memulai bisnis yang besar, tak lagi uang yang menjadi kendala utama. Sehingga, mulai bertebaranlah pebisnis digital, yang membangun pasar di dunia maya. Karena dunia maya, pasanya tak terbatas oleh tempat dan waktu.
Tentu, munculnya pebisnis baru yang datang dengan keunggulan di bidang digital, menjadi pesaing baru bagi bisnis yang sudah ada sebelumnya. Sehingga, makin marak-lah persaingan dunia bisnis saat ini. Entah persaingan yang bersifat on-line ataupun off-line.
Maka dari itu, agar bisnis (baik pemula ataupun yang sudah lama) mampu bertahan terhadap persaingan yang terjadi. Kehadiran Strategic-Management (Manajemen-Strategik), sangat membantu memenangkan persaingan pasar.
Dan, inti dari manajemen strategik, apabila kita peras, hanya ada tiga, yaitu: perencanaan, implementasi, serta evaluasi dan pengendalian strategi. Ketiga hal tersebut, harus saling menguatkan. Sehingga, “GOAL” yang sudah direncanakan akan terealisasi dengan baik.
Perencanaan
Perencanaan dalam sebuah bisnis menjadi hal yang sangat mendasar. Karena, segala aktivitas yang dijalankan harus dimulai dari perencanaan yang cukup matang. Bila bisnis yang dijalankan tidak melalui perencanaan yang matang, maka bisa diprediksi bisnis yang dijalankan akan tutup dengan hitungan bulan ke depan.Berkenaan dengan perencanaan, bisnis, saya punya cerita, dan ini merupakan true-story yang menimpa kawan saya sekitar pertengahan tahun 2014. Anggap saja namanya Arip. Arip kawan kuliah S-2 saya, yang tiba-tiba bercerita bahwa dirinya (resign) dari tempat bekerja. Salah satu alasan yang membuat saya agak tercengah dan tak percaya, ia keluar karena diiming-imingi seseorang untuk mengurus bisnisnya.
Bisnis yang dijalankan bergerak di bidang advertising, dengan bendera PT. Ketika saya Tanya mengenai kepemilikan saham, ia hanya senyum sambil mengatakan “Ya gua ada sih sahamnya juga, meskipun dikit. Sembari gua punya saham, gua juga digaji bulanan seperti pegawai lainnya.” Begitu ungkap kawan saya.
Kurang lebih setengah tahun kemudian, saya tanya mengenai perkembangan bisnis yang sedang dijalaninya. “Waduh, perusahaannya tutup Bro. Gua uda bekerja di perusahaan lain, di daerah Tebet.” Begitulah ungkap kawanku.
Apa yang menimpa teman saya itu, bila kita telisik dengan analisis Manajemen Strategik, masalahnya hanya satu, yaitu tak ada perencanaan bisnis yang matang. Dalam arti lain, bisnis yang dijalankan asal jalan begitu saja.
Mungkin saja, mereka terlalu “PEDE” dengan modal keuangan yang dimiliki. Sehingga mereka beranggapan bahwa pasar bisa langsung dijamahnya. Padahal, modal keuangan di jaman sekarang bukanlah segala-galanya.
Cerita singkat tersebut, harus bisa diambil hikmahnya oleh kita semua. Jangan sampai, bisnis yang kita jalankan tak memiliki perencanaan matang. Sehingga, bukan untung yang didabatkan, akan tetapi malah buntung, hehehehe….!
Padahal, dalam perencanaan bisnis, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, seperti: visi dan misi perusahaan, analisis lingkungan internal dan eksternal, pesaing yang sudah lama, varian produk sama yang akan datang, kecakapan SDM yang dimiliki, target jumlah konsumen, hingga strategi marketing, dan beberapa hal lainnya. Semua persiapan, harus tertuang dalam blue-print perusahaan.
Hal tersebut penting dipersiapkan, sebagai perencanaan yang terintegrasi, mulai dari bagian manajemen, produksi, distribusi, dan marketing. Sehingga, produk atau jasa yang dihasilkan, benar-benar mampu terserap oleh pasar. Sehingga, perusahaan dapat mempertahankan siklus bisnisnya.
Implementasi
Setelah yang bersifat terintegrasi usai direncanakan di awal, langkah selanjutnya ialah implementasi rencana. Owner bisnis ataupun bagian manajemen harus mulai menetapkan tujuan yang akan dicapai, dalam target jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Apakah, segala hal yang direncanakan dapat terwujud? Dan bagaimana untuk mewujudkan semua rencana yang telah ditetapkan?Kemudian, target seperti apa yang akan dicapai oleh perusahaan di kemudian hari. Berkenaan dengan target, bagian menajemen harus mampu memotivasi SDM yang dimiliki oleh perusahaan. Karena, adanya motivasi akan mampu menggerakkan kinerja terbaik karyawan. Jangan sampai, SDM yang dimiliki tidak memiliki kinerja yang baik. Karena, hal tersebut akan mengganggu target yang telah ditetapkan oleh perusahaan di masa yang akan mendatang.
Selain itu, owner bisnis harus mampu menempatkan SDM sesuai dengan keahilian yang dimiliki. Jangan sampai, salah menempatkan SDM. Karena kesalahan penempatan, sangat mengganggu kinerja bisnis yang sudah ditetapkan. Bahkan bisa berakibat fatal terhadap bisnis yang dijalankan.
Dan jangan lupa, dalam implementasi perusahaan juga harus mendelegasikan kekuasaan (kebijakan) terhadap SDM yang memiliki kemampuan untuk menjalankan suatu bidang. Hal tersebut, untuk menghidupkan dan menggerakkan, seluruh organ-organ yang ada dalam perusahaan.
Umpamanya, Manager Marketing diberi kebebasan untuk membuat strategi marketing agar produk dan jasa bisa dikenal, lalu terserap oleh pasar. Manager Keuangan, diberi tanggung jawab untuk membuat forcasting keuangan (proyeksi keuangan) di masa akan datang, sehingga laba yang diperoleh perusahaan cukup besar. Manajer HRD diberi bertanggung jawab meningkatkan kinerja, dan mengatur kepuasan kerja karyawan. Dan berbagai macam tanggung jawab lainnya, sesuai dengan bagian-bagian yang ada di perusahaan tersebut.
Dalam artian, perusahaan harus mendelegasikan kekuasaan kepada divisi-divisi yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga, seluruh divisi akan terintegrasi, dalam menciptakan produk atau jasa. Yang kemudian mampu menciptakan konsumen-loyal. Dan konsumen loyal, akan melakukan repeat-order atas produk dan jasa yang dihasilkan.
Evaluasi dan Pengendalian
Setelah rencana dan implementasi telah dilakukan, langka selanjutnya ialah mengevaluasi dan mengendalikan strategi yang digunakan. Evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana efektivitas perencanaan terhadap implementasi yang ada di lapangan. Apakah, antara rencana dengan implementasi terjadi kesenjangan yang cukup signifikan. Hal tersebut penting untuk dievaluasi demi kemajuan bisnis yang dijalankan.Dari akhir evaluasi akan kembali diputuskan, apakah rencana yang telah ditetapkan harus diubah atau tidak. Tentu, hal tersebut harus mengacu pada target-target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Jika target yang ditetapkan banyak tercapai, maka strategi yang digunakan cukup ampuh, dan mungkin disempurnakan saja.
Begitu juga sebaliknya, bila target banyak tak tercapai, maka sudah menjadi kewajiban, owner bisnis atau bagian manajemen mengganti strategi yang lebih tepat dan terukur. Sehingga, roda bisnis yang dijalankan, akan tetap berjalan dan bahkan berkembang sesuai harapan bersama. Baik harapan bagi owner bisnis sebagai pemilik saham, atau karyawan sebagai tenaga SDM yang dimiliki oleh perusahaan, ataupun konsumen sebagai penerima manfaat dari produk dan jasa yang dihasilkan.