Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Budidaya Tanaman Sagu

Blogiztic.net – Tanaman yang termasuk ke dalam famili atau suku Aracaceae merupakan tanaman yang berasal dari Papua dan Maluku. Di tempat asalnya sagu dijadikan sebagai makanan pokok bagi penduduknya.

Budidaya Tanaman Sagu

Tanaman sagu memiliki nama yang berbeda di masing-masing daerah, misalnya di Jawa Barat dikenal dengan nama kirai, di Ambon dikenal dengan nama lapia atau napia, di Gorontalo dikenal dengan nama tumba, di Toraja dikenal dengan nama Pogalo atau tabaro, dan di Kepualauan Aru dikenal dengan nama rambiam atau rabi. Untuk cara budidaya tanaman sagu dapat dilihat sebagai berikut.

Budidaya Tanaman Sagu Secara Organik

Persiapan Penanaman Tanaman Sagu

Tanaman sagu dapat tumbuh dengan optimal pada curah hujan berkisar antara 2000 hingga 4000 mm pertahun dan tersebar secara merata sepanjang tahun. Sagu dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Akan tetapi pada ketinggian 400 mdpl ditemukan produksi sagu terbaik. Suhu yang diperlukan pada budidaya tanaman sagu yaitu berkisar antara 24,50 hingga 29 derajat Celsius.

Dalam proses pertumbuhannya, tanaman sagu membutuhkan penyiraman yang cukup, akan tetapi penggenangan pada areal tanaman sagu membuat pertumbuhannya menjadi terganggu.

Tanaman sagu dapat hidup di daerah rawa dengan air tawar atau daerah rawa dengan gambut dan pada daerah yang berada di sepanjang aliran sungai.

Pemilihan Benih Tanaman Sagu

Pembibitan dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Pada cara generatif, benih yang digunakan harus sudah tua, tidak terdapat cacat, memiliki besar rata-rata dan memiliki tunas.

Sedangkan benih yang digunakan untuk pembibitan tanaman sagu secara vegetatif yaitu benih yang berasal dari tunas yang berumur kurang dari 1 tahun, dan memiliki berat 2 hingga 3 kg dengan diameter berkisar antara 10 hingga 13 cm.

Persiapan Lahan

Budidaya tanaman sagu sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan. Sebelum lahan ditanami benih sagu, lahan harus dibersihkan terlebih dahulu.

Penyiangan (pengendalian gulma)

Ketika tanaman sagu berumur 3 hingga 4 tahun dilakukan penyiangan atau pembersihan gulma, karena apabila tidak dilakukan penyiangan maka hama dan penyakit akan mudah menyerang tanaman sagu tersebut.

Selain itu dengan adanya gulma membuat kebun berpotensi lebih besar dilanda kebakaran. Penyiangan dapat dilakukan dengan menggunakan sabit, cangkul, tangan dan lain sebagainya.

Hasil penyiangan tersebut dapat dipendam maupun dibuat pupuk kompos. Akan tetapi apabila terdapat hama pada gulma, maka sebaiknya gulma tersebut dibakar dan abunya dapat dijadikan sebagai pupuk.

Pemberian Pupuk

Tanaman sagu membutuhkan unsur hara diantaranya kalium, kalsium dan magnesium.

Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara membenamkan pupuk ke dalam tanah, hal ini bertujuan agar pupuk tidak terbawa air sebelum diserap oleh akar dari tanaman sagu yang ditanam di daerah rawa atau dataran rendah.

Pemupukan dilakukan secara melingkar pada sekeliling rumpun. Pupuk yang diberikan pada tanaman sagu yang masih muda dilakukan hingga 1 tahun menjelang masa panen dengan dilakukan 1 hingga 2 kali selama setahun pada awal musim hujan.

Pemanenan

Untuk memudahkan pada saat panen, maka pohon sagu dipotong hingga mendekati bagian akar.

Pemotongan dapat menggunakan gergaji mesin maupun kampak. Batang sagu dibersihkan dari pelepah, hingga hanya menyisakan bagian gelondongan batang sagu saja yaitu sepanjang 6 hingga 15 m.

Untuk memudahkan pada saat pengangkutan, gelondongan dipotong menjadi 1 hingga 2 meter. Berat dari masing-masing gelondongan yaitu kurang lebih 120 kg.